Jumat, 17 April 2015

Modul Geologi Wisata Ngarai Sianok dan Lembah Harau



NGARAI SIANOK
Ngarai Sianok adalah sebuah lembah curam (jurang) yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi, di kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Lembah ini memanjang dan berkelok sebagai garis batas kota dari selatan ngarai Koto Gadang sampai ke nagari Sianok Anam Suku, dan berakhir di kecamatan Palupuh.
Ngarai Sianok yang dalam jurangnya sekitar 100 m ini, membentang sepanjang 15 km dengan lebar sekitar 200 m, dan merupakan bagian dari patahan yang memisahkan pulau Sumatera menjadi dua bagian memanjang (patahan Semangko). Patahan ini membentuk dinding yang curam, bahkan tegak lurus dan membentuk lembah yang hijau—hasil dari gerakan turun kulit bumi yang dialiri Batang Sianok (batang berarti sungai, dalam bahasa Minangkabau) yang airnya jernih. Di zaman kolonial Belanda, jurang ini disebut juga sebagai karbouwengat atau kerbau sanget, karena banyaknya kerbau liar yang hidup bebas di dasar ngarai ini.
GEOLOGI
Ngarai Sianok merupakan daerah endapan piroklastik dari gunung Merapi dan gunung Singggalang. Peristiwa terjadinya endapan piroklastik ini terjadi ribuan tahun yang lalu dan berangsur secara perlahan-lahan (tidak  langsung terbentuk endapan tebal). Kemudian baru terjadi patahan sebagaimana yang kita lihat pada saat sekarang ini.
Batuan tuff pada ngarai sianok merupakan batuan piroklastik yang berasal dari letusan gunung merapi dan gunung singgalang, dimana batuan tuff di daerah ini masih kelihatan segar (tuffunis). Batuan piroklastik merupakan batuan yang berasal dari abu vulkanik yang terlempar jauh akibat letuasan gunung berapi kemudian terendapkan dan terjadi litifikasi batuan. Yang memiliki ukuran butir Debu halus – kasar ( < 0,04 mm ).
Tuff (dari bahasa Italia "tufo") adalah jenis batu yang terdiri dari konsolidasi abu vulkanik yang dikeluarkan dari lubang ventilasi selama letusan gunung berapi.  Batu Tuff yang memiliki kenampakan warna yaitu putih terang, struktur batuannya berlapis, tekstur pada batuan tuff ialah fragmental dengan ukuran batuannya ialah ash / abu (d < 2 mm). Sedangkan bentuk dari tuff ialah fragmental. Petrogenesa dari batuan terbentuk dari hasil letusan gunung api dan kemudian diendapkan.


                                              Tebing Ngarai Sianok (Batuan Tuff)

Batuan tuff pada nagarai sianok bewarna abu-abu cerah dan sudah kompak sehingga tidak longsor. Batuan tuff ini memiliki daya rekat yang sangat kuat sehingga  dapat dipergunakan untuk bangunan-bangunan sebagai semen alam (Hidraulic Cement), lebih mudah kontak dengan air. Batuan piroklastik teksturnya berbeda dengan batuan beku, apabila batuan beku adalah hasil pembekuan langsung dari magma atau lava, jadi dari fase cair ke fase padat dengan hasil akhir terdiri dari kumpulan kristal, gelas ataupun campuran dari kedua-duanya. Sedangkan batuan piroklastik terdiri dari himpunan material lepas-lepas (dan mungkin menyatu kembali) dari bahan-bahan yang dikeluarkan oleh aktifitas gunung api, yang berupa material padat berbagai ukuran (dari halus sampai sangat kasar, bahkan dapat mencapai ukuran bongkah).
Batuan piroklastik adalah batuan yang dihasilkan oleh proses lisenifikasi bahan-bahan lepas yang dilemparkan dari pusat volkanis selama erupsi yang bersifat eksplosif. Bahan-bahan jatuhan kemudian mengalami litifikasi baik sebelum ditransport maupun rewarking oleh air atau es. (W.T.Huang,1962).
Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik yang bertekstur klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunung api, dengan material asal yang berbeda dimana material penyusun tersebut terendapkan dan terkonsolidasi sebelum mengalami transportasi oleh air atau es (William, 1982). Tekstur Batuan Piroklastik adalahVariasi batuan, pembundaran dan pemilihan batuan piroklastik mirip dengan batuan sediment klastik pada umumnya. Hanya unsur-unsur tersebut tergantung tenaga letusan, penguapan, tegangan permukaan dan pengaruh seretan.

 Struktur Geologi Daerah Ngarai Sianok  
Ngarai Sianok merupakan daerah patahan yang termasuk dalam deretan patahan semangko. Ngarai sianok merupakan salah satu patahan semangko yang terbuka. Berdasarkan hasil penelitian ahli geologi ITB bahwa pada ngarai sianok terjadi pergeseran secara horizontal, dengan jarak pergeseran 2 mm per hari, ini menunjukkan bagaimana pergerakan yang aktif pada ngarai sianok secara khusus atau deretan patahan semangko pada umumnya. Patahan semangko ini terbentang di bagian selatan pulau Suamtera yang biasanya dikenal dengan deretan bukit barisan. Patahan semangako ini terjadi akibat tumbukan dua lempeng yaitu lempeng India dan lempeng Indo- Australia.
Tingkat aktfinya patahan semangko sangat jelas, seperti di sumatera barat, saat gunung talang (di kab solok) aktif biasanya gunung merapi (di bukittinggi) juga ikut aktif, ini menunjukkana kedua gunung tersebut berada dalam satu rangkaian gunung aktif pada bukit barisan. Contohnya gempa Sumatera Barat 2007 akibat letusan gunung talang dan aktifnya gunung merapi.
Struktur sesar normal yang terlihat pada nagarai sianok adalah adanya gores garis pada dinding foot wallnya, adanya bidang sesar, adanya cermin sesar, adanya foot wall, adanya hanging wall. Batuan tuff pada ngarai sianok di bagian atasnya bewarna abu-abu terang dan bagian bawahnya ada yang bewarna kehitam-hitaman akibat termetamorfosa, teroksidasi, dan tereduksi.
Patahan terjadi ketika suatu batuan mengalami retakan terlebih dahulu yang kejadian ini berkaitan erat dengan tekanan dan kekuatan batuan yang mendapatkan gaya sehingga timbul adanya retakan. Tekanan yang diberikan mampu memberikan perubahan pada batuan dengan waktu yang sangat lama dan hingga memberikan gerakan sebesar seperseratus sentimeter bahkan sampai beberapa meter. Ketika ini terjadi, maka akan timbul sebuah gaya yang sangat besar yang berdampak getaran bagi sekitarnya saat suatu batuan mengalami patahan atau yang sering kita sebut dengan gempa. Arah pergerakkan pada suatu patahan tergantung pada kekutan batuan. Patahan diakibatkan oleh batuan yang ditekankan atau mendapatkan gaya yang pada umumnya dalam bentuk tekanan (pada umumnya membentuk lipatan) yang kemudian batuan dapat pecah.
Patahan terjadi searah dengan retakan. Sesar mempunyai bentuk dan ukuran bervariasi. Ukurannya ada yang sepanjang ratusan Km, ada yang hanya beberapa Cm saja. Contoh sepanjang ratusan km: sesar Semangko dan lempeng Australia.
Blok Semangko
Terletak diantara zone semangko sesaran lampung (Lampung fault). Bagian selatan dari blok semangko terbagi menjadi bentang alam menjadi seperti pegunungan semangko, depresi Ulehbeluh dan Walima, Horst Ratai dan depresi Telukbetung. Sedangkan bagian utara blok semangko berbentuk seperti dome.  Patahan semongko adalah bentukan geologi yang membentang di Pulau Sumatera dari utara ke selatan, dimulai dari Aceh hingga Teluk Semangka di Lampung. Patahan inilah membentuk Pegunungan Barisan, suatu rangkaian dataran tinggi di sisi barat pulau ini. Patahan semangko berusia relatif muda dan paling mudah terlihat di daerah Ngarai Sianok dan Lembah Anai.
Patahan ini merupakan patahan geser, seperti patahan San Andreas di California. Memanjang di sepanjang pulau sumatera, mulai dari ujung Aceh hingga Selat Sunda, dengan bidang vertical dan pergerakkan lateral mengarah-kanan (dextral- strike slip). Sesar ini menyebabkan terjadinya gempa di darat oleh sebab pelepasan energi di sesar/patahan semangko apabila sesar tersebut teraktifkan kemabali (peristiwa reaktivasi sesar) dengan bergesernya lapisan batuan di sekitar sesar tersebut. Pergerakkan sesar yang merupakan salah satu sesar teraktif di dunia ini diyakini disebabkan oleh desakan lempeng India-Australia ke dalam lempeng Eurasia.
Bagian barat sesar ini bergerak ke utara dan bagian timur bergerak ke selatan. Jika lama tidak terjadi gempa besar, artinya sedang terjadi pegumpalan energy di patahan tersebut. Di sepanjang patahan sumatera ini terdapat pula ribuan patahan kecil yang juga dapat mengakibatkan rawan gempa. Sepertinya halnya gempa asal laut, gempa darat di sumatera biasanya juga cukup besar dan menyebabkan kerusakan yang cukup parah.
Patahan terdiri dari beberapa tipe
Patahan Normal (Dip-Slip Fault), Kebalikan patahan normal (Reserve Fault), Patahan horizontal (Strike-Slip Fault), dan Gabungan patahan normal dan horizontal (Oblique- Slip Fault).
 
Sumber:

LEMBAH HARAU
Lembah Harau adalah sebuah ngarai dekat kota Payakumbuh di kabupaten Limapuluh Koto, provinsi Sumatera Barat. Lembah Harau diapit dua bukit cadas terjal dengan ketinggian mencapai 150 meter. Lembah Harau dilingkungi batu pasir yang terjal berwarna-warni, dengan ketinggian 100 sampai 500 meter. Topografi Cagar Alam Harau adalah berbukit-bukit dan bergelombang. Tinggi dari permukaan laut adalah 500 sampai 850 meter, bukit tersebut antara lain adalah Bukit Air Putih, Bukit Jambu, Bukit Singkarak dan Bukit Tarantang. Tebing-tebing granit yang menjulang tinggi dengan bentuknya yang unik mengelilingi lembah. Tebing-tebing granit yang terjal ini mempunyai ketinggian 80 m hingga 300 m. Dari mulai saat memasuki Lembah Harau, kita akan menemukan banyak keindahan yang memukau sepanjang jalan . Sangatlah cocok kalau sebagian pemanjat yang telah mengunjungi tempat ini memberi julukan Yosemite-nya Indonesia. Sebuah monumen peninggalan Belanda yang terletak di kaki air terjun Sarasah Bunta merupakan bukti bahwa Lembah Harau sudah sering dikunjungi orang sejak 1926. Pada monumen itu tertera tanda tangan Asisten Residen Belanda di Lima Puluh Koto saat itu, F. Rinner, dan dua pejabat Indonesia,Tuanku Laras Datuk Kuning nan Hitam dan Datuk Kodoh nan Hitam.


Asal Usul Nama Harau
Pada awalnya nama Harau berasal dari kata “Orau”. Penduduk asal tinggal di atas Bukit Jambu, dikarenakan daerah tempat tinggal penduduk tersebut sering banjir dan Bukit Jambu juga sering runtuh yang menimbulkan kegaduhan dan kepanikan penduduk setempat sehingga penduduk sering berteriak histeris akibat runtuhnya Bukit Jambu tersebut dan menimbulkan suara “parau” bagi penduduk yang sering berteriak histeris tersebut. Dengan cirri-ciri suara penduduk yang banyak “parau” didengar oleh masyarakat sekitarnya maka daerah tersebut dinamakan “orau” dan kemudian berubah nama menjadi Arau, sampai akhirnya menjadi Harau.

GEOLOGI
Lembah Harau mempunyai tujuh air terjun (sarasah) yang mempesona. Ketinggian masing-masing air terjun berbeda-beda antara 50-90 meter. Air terjun tersebut mengalir dari atas jurang yang membentang di sepanjang Lembah Harau. Lembah Harau ini terbentuk akibat adanya patahan turun atau block yang turun membentuk lembah yang cukup luas dan datar. Salah satu tanda-tanda atau untuk melihat dimana lokasi patahannya adalah dengan adanya air terjun. Ini artinya dahulu ada sungai yang kemudian terpotong akibat adanya patahan turun, sehingga membentuk air terjun. Secara geologi, batuan yang ada disitu berumur cukup tua, kira-kira 30-40 juta tahun. Batuan seumur ini yang sangat halus berupa serpih (besar butir lebih kecil dari pasir 1/16 mm) yang merupakan batuan yang banyak mengandung organic carbon, yaitu batuan yang terbentuk dari sisa-sisa organisme.
Beberapa ahli geologi berpendapat lembah Harau dulu adalah sebuah lautan, secara teoritis bisa benar, karena disana banyak sekali kita jumpai endapan-endapan laut yang belum terganggu itu saat ini berada didarat, hal itu secara teoritis bisa disimpulkan daerah itu dahulunya laut. Hal tersebut diperkuat oleh temuan dari survey team geologi Jerman (Barat) yang meneliti jenis bebatuan yang terdapat di Lembah Harau pada tahun 1980. Dari hasil survey team tersebut dapat diketahui bahwa batuan  yang ada di perbukitan Lembah Harau adalah batuan Breksi dan Konglomerat yang merupakan jenis bebatuan yang umumnya terdapat di dasar laut.

Batu Konglomerat
 
Konglomerat merupakan suatu bentukan fragmen dari proses sedimentasi, batuan yang berbutir kasar, terdiri atas fragmen dengan bentuk membundar dengan ukuran lebih besar dari 2mm yang berada ditengah-tengah semen yang tersusun oleh batupasir dan diperkuat & dipadatkan lagi kerikil. Dalam pembentukannya membutuhkan energi yang cukup besar untuk menggerakan fragmen yang cukup besar biasanya terjadi pada sistem sungai dan pantai.
 


Breksi merupakan batuan sedimen klastik yang memiliki ukuran butir yang cukup besar (diameter lebih dari dua milimeter) dengan tersusun atas batuan dengan fragmen menyudut (tajam). Ruang antara fragmen besar bisa diisi dengan matriks partikel yang lebih kecil atau semen mineral yang mengikat batu itu bersama-sama.

Batu Breksi

Bukit yang ada dilembah Harau terjadi akibat pengangkatan daratan, dan juga penurunan bukit bukan hanya turunnya salah satu bukit, tetapi juga "pengangkatan" sebuah dataran juga. Kedua proses ini berjalan simultan. Hal tersebut tebukti dari Endapan batuan penyusun tembing-tebing harau itu adalah endapan dataran rendah (endapan sungai) yang sekarang sudah menjadi sebuah bukit,tentu itu mebuktikan kepda seorang ahli geologi bahwa bukit ini adalah akibat pengangkatan daratan. Dimana pengangkatan dan penurunan daratan terjadi akibat gaya endogen bisa saja terjadi karena kita tahu Tektonisme (diastropisme) terdiri atas tenaga epirogenesa dan tenaga orogenesa. Tenaga epirogenesa merupakan proses pengangkatan (negative) atau penurunan (positive) letak bumi dalam wilayah luas dengan kecepatan relatif lambat. Kemudian ,tentang pengangkatan dapat dibuktikan juga dengan banyaknya batuan batuan yang mengandung fosil makhluk laut di bukit Lembah Harau.Selanjutnya, akibat gaya endogen juga Lembah Harau  terbentuk juga akibat adanya patahan turun atau block yang turun membentuk lembah yang cukup luas dan datar. Salah satu tanda-tanda atau untuk melihat dimana lokasi patahannya adalah dengan adanya air terjun. Ini artinya dahulu ada sungai yang kemudian terpotong akibat adanya patahan turun, sehingga membentuk air terjun.
Gaya eksogen yang bekerja adalah erosi, Salah satu yang menarik di Lembah Harau adalah terbing yang terjal yang menjulang tinggi.Kemungkinan proses terjadinya tebing terjal yang seperti batu ditebas pedang itu adalah akibat erosi ribuan tahun telah menggerus batuan lunak, dan yang tersisa adalah batuan keras yang berdiri terjal tersebut. Jadi, dahulu ada sebuah daratan batuan yang cukup besar terangkat dan tingkat kekerasannya tidak merata, kemudian lama kelamaan batuan yang tidak begitu keras atau lembut terkikis dengan berjalannya waktu dan akhirnya tinggallah batuan yang memiliki kekerasan cukup tinggi dan tak mudah terkikis beberapa bagian dari batuan yang tidak terkikis itu ada yang mengalami pertambahan kenaikan dan ada penurunan.

OBJEK WISATA
Kawasan objek wisata Lembah Harau terdiri dari 3 (tiga) kawasan : Kawasan Aka Barayu, Sarasah Bunta, dan Rimbo Piobang.
Pada kawasan Aka Barayun yang memiliki keindahan air terjun yang mempunyai kolam renang, yang memberikan nuansa alam yang asri juga berpotensi untuk pengembangan olah raga panjat tebing karena memiliki bukit batu yang terjal dan juga mempunyai lokasi yang bias memantulkan suara (echo). Konon Sarasah Aka Barayun dari legenda dalam masyarakat yang berada di sekitarnya Cagar Alam Lembah Harau dulunya adalah Laut.
Kawasan Sarasah Bunta yang terletak disebelah timur Aka Barayun, memiliki empat air terjun (sarasah) Aie Luluih,  Bunta, Murai dan Aie Angek. Sarasah Aie Luluih,  air yang mengalir melewati dinding batu dan dibawahnya mempunyai kolam tempat mandi alami yang asri, dari cerita dari orang tua-tua dulu, ada kepercayaan mandi atau membasuh muka di sarasah aie luluih dapat mengobati jerawat dan muka akan terlihat cantik dan awet muda. Sarasah Bunta dimana sarasah ini mempunyai air terjunnya yang berunta-unta indah seperti bidadari yang sedang mandi apabila terpancar sinar matahari siang sehingga dinamakan “Sarasah Bunta” . Sarasah Murai , pada sarasah ini sering pada siangnya burung murai mandi sambil memadu kasih sehingga masyarakat menamakan “Sarasah Murai “.dan apabila mandi di bawah air terjun kedua sarasah ini, dengan berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa , lekas mendapat jodoh bagi yang belum menikah. Sarasah Aie Angek belum banyak dikunjungi wisatawan, airnya agak panas berada arah keutara dari “Sarasah Murai”.
Sedangkan pada kawasan Rimbo Piobang sampai akhir tahun 2008 belum berkembang karena direncanakan untuk Taman Safari.

Sumber:
https://future20.wordpress.com/2013/03/08/jenis-jenis-batuan-ciri-ciri-dan-proses-terbentuknya/