A. Kerangaka tektonik pulau sumatera
Pulau Sumatra
terletak di barat daya dari Kontinen Sundaland dan merupakan jalur
konvergensi antara Lempeng Hindia-Australia yang menyusup di sebelah barat
Lempeng Eurasia/Sundaland. Konvergensi lempeng menghasilkan subduksi
sepanjang Palung Sunda dan pergerakan lateral menganan dari Sistem Sesar
Sumatra.
Sumber: http://geoenviron.blogspot.com
Gambar:
Pembentukan Cekungan Belakang Busur di Pulau Sumatera
Pulau Sumatra
diinterpretasikan dibentuk oleh kolisi dan suturing dari
mikrokontinen di Akhir Pra-Tersier. Sekarang Lempeng Samudera Hindia subduksi
di bawah Lempeng Benua Eurasia pada arah N20°E dengan rata-rata pergerakannya 6
– 7 cm/tahun.
Konfigurasi
cekungan pada daerah Sumatra berhubungan langsung dengan kehadiran dari
subduksi yang menyebabkan non-volcanic di busur depan dan volcano-plutonik di busur belakang. Sumatra dapat
dibagi menjadi 5 bagian (Darman dan Sidi, 2000):
- Busur luar sunda, berada sepanjang batas cekungan busur depan Sunda dan yang memisahkan dari lereng trench.
- Cekungan busur depan Sunda, terbentang antara akresi non-vulkanik punggungan busur luar dengan bagian di bawah permukaan dan volkanik busur belakang Sumatra.
- Cekungan busur belakang Sumatra, meliputi Cekungan Sumatra Utara, Tengah, dan Selatan. Sistem ini berkembang sejalan dengan depresi yang berbeda pada bagian bawah Bukit Barisan.
- Bukit Barisan, terjadi pada bagian axial dari pulaunya dan terbentuk terutama pada Perm-Karbon hingga batuan Mesozoik.
- Busur tengah Sumatra, dipisahkan oleh pengangkatan berikutnya dan erosi dari daerah pengendapan terdahulu sehingga memiliki litologi yang mirip pada busur depan dan busur belakng basin. Busur depan Basin adalah depresi dasar laut yang terletak antara zona subduksi dan terkait dengan busur vulkanik. Sedimentasi yang terbentuk merupakan endapan material kerak samudra yang terendapkan di tepi-tepi pulau disampingnya. Sedangkan, Back-arc basin menggambarkan gerakan mundur dari zona subduksi terhadap gerakan lempeng yang sedang menumbuk. Sebagai zona subduksi dan parit yang ditarik ke belakang, penipisan kerak yang terbentuk dalam cekungan pada belakang busur. Sedimentasi sangat asimetris, dengan sebagian besar sedimen dipasok dari busur magmatik aktif yang regresi sejalan dengan rollback parit.
B. Geologi Regional Cekungan Sumatera Tengah
Cekungan Sumatra tengah merupakan cekungan sedimentasi tersier penghasil
hidrokarbon terbesar di Indonesia. Ditinjau dari posisi tektoniknya, Cekungan
Sumatra tengah merupakan cekungan belakang busur. Faktor pengontrol utama
struktur geologi regional di cekungan Sumatra tengah adalah adanya Sesar
Sumatra yang terbentuk pada zaman kapur.
Struktur geologi daerah cekungan Sumatra tengah memiliki pola yang hampir
sama dengan cekungan Sumatra Selatan, dimana pola struktur utama yang
berkembang berupa struktur Barat laut-Tenggara dan Utara-Selatan. Walaupun
demikian, struktur berarah Utara-Selatan jauh lebih dominan dibandingkan
struktur Barat laut–Tenggara.
Sumber: http://psdg.bgl.esdm.go.id
Gambar: peta cekungan sumatera tengah
Cekungan Sumatra Tengah mempunyai 2
(dua) set sesar yang berarah utara-selatan dan barat laut-tenggara. Sesar-sesar
yang berarah utara-selatan diperkirakan berumur Paleogen, sedangkan yang
berarah barat laut-tenggara diperkirakan berumur Neogen Akhir. Kedua set sesar
tersebut berulang kali diaktifkan kembali sepanjang Tersier oleh gaya-gaya yang
bekerja.
Berdasarkan teori tektonik lempeng,
tektonisme Sumatra zaman Neogen dikontrol oleh bertemunya Lempeng Samudera
Hindia dengan Lempeng Benua Asia. Batas lempeng ditandai oleh adanya zona
subduksi di Sumatra-Jawa. Struktur-struktur di Sumatra membentuk sudut yang
besar terhadap vektor konvergen, maka terbentuklah dextral wrench fault yang
meluas ke arah barat laut sepanjang busur vulkanik Sumatra yang berasosiasi
dengan zona subduksi.
C. Perkembangan cekungan tertier sumatera tengah
Perkembangan tektonik di Cekungan Sumatra
Tengah dibagi menjadi 4 episode tektonik, yaitu: (1) Pra Tertier, (2)
berlangsung pada Eosen-Oligosen, (3) berlangsung pada Miosen Awal-Miosen Tengah,
(4) berlangsung pada Miosen Tengah-Resen.
1.
Pre-Tertier
Batuan dasar Pra Tersier di Cekungan
Sumatra Tengah terdiri dari lempeng-lempeng benua dan samudera yang berbentuk
mozaik. Orientasi struktur pada batuan dasar memberikan efek pada lapisan sedimen
Tersier yang menumpang di atasnya dan kemudian mengontrol arah tarikan dan
pengaktifan ulang yang terjadi kemudian. Pola struktur tersebut disebut debagai
elemen struktur pra tertier. Ada 2 (dua) struktur utama pada batuan dasar.
Pertama kelurusan utara-selatan yang merupakan sesar geser (Transform/Wrench
Tectonic) berumur Karbon dan mengalami reaktifisasi selama Permo-Trias, Jura,
Kapur dan Tersier. Tinggian-tinggian yang terbentuk pada fase ini adalah
Tinggian Mutiara, Kampar, Napuh, Kubu, Pinang dan Ujung Pandang.
Tinggian-tinggian tersebut menjadi batas yang penting pada pengendapan sedimen
selanjutnya.
2.
Eosen-Oligosen
Pada kala Eosen-Oligosen disebut juga Rift Phase. Pada zaman ini, terjadi deformasi akibat Rifting dengan arah Strike timur laut, diikuti oleh reaktifisasi struktur-struktur tua. Akibat tumbukan Lempeng Samudera Hindia terhadap Lempeng Benua Asia maka terbentuklah suatu sistem rekahan Transtensional yang memanjang ke arah selatan dari Cina bagian selatan ke Thailand dan ke Malaysia hingga Sumatra dan Kalimantan Selatan. Perekahan ini membentuk serangkaian Horst dan Graben di Cekungan Sumatra Tengah. Horst-Graben ini kemudian menjadi danau tempat diendapkannya sedimen-sedimen Kelompok Pematang. Pada akhir eosen-oligosen terjadi peralihan dari perekahan menjadi penurunan cekungan ditandai oleh pembalikan struktur yang lemah, denudasi dan pembentukan daratan Peneplain. Hasil dari erosi tersebut berupa paleosol yang diendapkan di atas Formasi Upper Red Bed.
Pada kala Eosen-Oligosen disebut juga Rift Phase. Pada zaman ini, terjadi deformasi akibat Rifting dengan arah Strike timur laut, diikuti oleh reaktifisasi struktur-struktur tua. Akibat tumbukan Lempeng Samudera Hindia terhadap Lempeng Benua Asia maka terbentuklah suatu sistem rekahan Transtensional yang memanjang ke arah selatan dari Cina bagian selatan ke Thailand dan ke Malaysia hingga Sumatra dan Kalimantan Selatan. Perekahan ini membentuk serangkaian Horst dan Graben di Cekungan Sumatra Tengah. Horst-Graben ini kemudian menjadi danau tempat diendapkannya sedimen-sedimen Kelompok Pematang. Pada akhir eosen-oligosen terjadi peralihan dari perekahan menjadi penurunan cekungan ditandai oleh pembalikan struktur yang lemah, denudasi dan pembentukan daratan Peneplain. Hasil dari erosi tersebut berupa paleosol yang diendapkan di atas Formasi Upper Red Bed.
3. Miosen Awal-Miosen Tengah
Pada kala Miosen Awal terjadi fase
amblesan (sag phase), diikuti oleh pembentukan Dextral Wrench Fault secara
regional dan pembentukan Transtensional Fracture Zone. Pada struktur tua yang
berarah utara-selatan terjadi Release, sehingga terbentuk Listric Fault, Normal
Fault, Graben, dan Half Graben. Struktur yang terbentuk berarah relatif barat
laut-tenggara. Pada masa ini, Cekungan Sumatra Tengah mengalami transgresi dan mengendapkan batuan reservoar
utama dari kelompok Sihapas, tektonik Sumatra relatif tenang. Sedimen klastik
diendapkan, terutama bersumber dari daratan Sunda dan dari arah Timur laut
meliputi Semenanjung Malaya. Proses akumulasi sedimen dari arah timur laut
Pulau Sumatra menuju cekungan, diakomodir oleh adanya struktur-struktur berarah
Utara-Selatan.
4. Miosen Tengah-Resen.
Pada kala Miosen Tengah-Resen
disebut juga Barisan Compressional Phase. Pada masa ini, terjadi pembalikan
struktur akibat gaya kompresi menghasilkan reverse dan Thrust Fault di
sepanjang jalur Wrench Fault yang terbentuk sebelumnya. Proses kompresi ini
terjadi bersamaan dengan pembentukan Dextral Wrench Fault di sepanjang Bukit
Barisan. Struktur yang terbentuk umumnya berarah barat laut-tenggara. Pada Cekungan
Sumatra Tengah mengalami regresi dan sedimen-sedimen-sedimen Formasi Petani
diendapkan, diikuti pengendapan sedimen-sedimen Formasi Minas secara tidak
selaras.
sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar