Robert
Malthus (abad 18) mengatakan bahwa manusia bertambah menurut deret ukur
sedangkan sumber kehidupan (pangan) bertambah menurut deret hitung. Deret ukur
lebih cepet daripada deret hitung, sampai akhirnya bertemu pada suatu titik dimana pada saat itu pangan tidak akan cukup
lagi untuk menopang hidup manusia selanjutnya. Pada dasarnya konservasi tanah berarti penempatan setiap bidang tanah
pada cara penggunaannya yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut, dan
memperlakukannya sesuai dengan syarat- syarat yang diperlukan agar tanah
tersebut tidak cepat rusak. Usaha- usaha konservasi tanah tanah disamping
ditunjukkan untuk mencegah kerusakan tanah akibat erosi dan memperbaiki tanah-
tanah yang rusak juga ditunjukkan untuk menetapkan kelas kemampuan lahan dan
tindakan- tindakan atau perlakuan yang diperlukan agar tanah tersebut dapat
digunakan seoptimal mungkin dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Tanah
merupakan salah satu unsur penyusun lingkungan selain udara dan air. Kurangnya perhatian
terhadap lingkungan juga akan mengakibatkan kualitas lingkungan hidup akan
menurun dalam mendukung proses kehidupan diatasnya. Konservasi tanah dan air
merupakan usaha- usaha untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah serta
kuantitas dan kualitas air. Apabila produktifitas tanah menurun, terutama
karena erosi, maka kualitas air, terutama air sungai untuk irigasi dan
keperluan manusia menjadi tercemat sehingga jumlah air bersih akan berkurang.
Populasi penduduk diatas permukaan bumi selalu bertambah dari waktu ke waktu,
sedangkan luas lahan yang tersedia di peruntukan bagi kehidupan manusia selalu
tetap bersifat tanah. Ancaman ini dapat berlangsung secara alamiah dan akan
semakin buruk apabila campur tangan manusia dalam mengelola lahan hanya
berorientasi pada keuntungan tanpa menjaga kelestarian tanah. Salah satu proses
menyebabkan penurunan produktifitas tanah adalah akibat proses erosi. Disatu
sisi tanah terbentuk sangat lambat sedangkan proses erosi berlangsung sangat
cepat dalam mengikis dan menghanyutkan tanah, sehingga diperlukan upaya- upaya
untuk menjaga keseimbangan antara proses pembentukan tanah dengan proses tiga
aspek pendekata, yaitu: (1) menjaga dan memperbaiki tanah agar tahan akibat
bahaya erosi, (2) melindungi tanah dari jatuhnya air hujan dengan pengelolaan
tanaman atau sisa- sisa tanaman, dan (3) memperlambat aliran permukaan tanah
sehingga menjadi aliran yang tidak merusak dan mengikis tanah.
A.
Strategi
Konservasi Secara Vegetatif
Metode vegetative
merupakan pengelolaan tanaman dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat
menekan laju erosi dan aliran permukaan. Peran pengelolaan tanaman dalam
konservasi tanah adalah : (1) mengurangi pukulan butir hujan terhadap permukaan
tanah sebagai akibat intersepsi butir hujan oleh tajuk tanaman, (2) mengurangi
kecepatan aliran permukaan sebagai
akibat meningkatnya kekasaran permukaan tanah, (3) meningkatkan agregasi tanah
serta porositasnya sebagai akibat aktivitas akar tanaman dan penambahan bahan organik.,
sehingga kapasitas infiltrasi juga meningkat, dan (4) peningkatan kehilangan
air tanah sebagai akibat evapontranspirasi, sehingga tanah cepat kering.
Efektivitas tanaman dalam mengurangi erosi dan aliran permukaan dipengaruhi
oleh tinggi tanaman dan kontiniutas daun, kepadatan tanaman, dan system
perakaran tanaman.
v Permanent
Plant Cover
Permanent Plant Cover
merupakan tanaman penutup tanah untuk mengurangi erosi, tanaman ini dapat
ditanam sendiri atau tumbuh secara alami. Tanaman yang digunakan sebagai
tanaman penutup tanah adalah tanaman yang cepat tumbuh, mempunyai perakaran
yang panjang dan kuat, serta dapat menyumbangkan bahan organik ke dalam tanah.
Umumnya tanaman yang digunakan sebagai tanaman penutup adalah tipe tumbuhan
keras dan leguminosa.
v Strip
Cropping
Strip Cropping
merupakan tanaman dalam strip, merupakan cara bercocok tanam dengan beberapa
tanaman, dimana masing- masing jenis tanaman di tanam dalam strip- strip yang
berselang seling pada sebidang tanah dan disusun berdasarkan garis countur atau
memotong arah lereng. Disamping itu dalam strip cropping dianjurkan untuk
pergiliran tanaman. Ada 3 metode strip
cropping, yaitu :
a.
Contour
strip cropping, yaitu penanaman dalam strip
menurut contur, penanaman tanaman dilakukan sejajar dengan garis contur. System
ini dapat diterapakan pada lahan- lahan yang mempunyai lerengnya panjang, rata,
dan seragam.
b.
Field
strip cropping, merupakan penanaman dalam strip
lapangan, penanaman tidak perlu persis sejajar dengan garis kontur, namun cukup
dilakukan memotong lereng dengan lebar strip yang seragam. System ini dilakukan
pada lahan- lahan yang mempunyai kelerengan yang tidak teratur.
c.
Buffer
strip cropping, merupakan menanam tanaman
penyangga di antara tanaman utama, seperti tanaman kacang- kacangan dan rumput
yang sifatnya sebagai penutup tanah. System ini dilakukan untuk mengatasi
lahan- lahan yang sangat ekstrem dengan kelerengan yang tidak teratur.
Penanaman dalam strip sebenarnya hanya efektif untuk lahan- lahan yang
kelerangannya tidak lebih dari 8, 5%. Namun pada daerah- daerah tertentu,
penanaman dalam strip juga dilakukan pada lahan- lahan yang termasuk kelas IV
(kelerengan 6-15%). Kebar strip berkisar antara 20-50cm, tergantung pada curah
hujan, keadaan tanah, topografi, dan jenis
tanaman yang akan diusahakan. Sehubungan dengan hal ini, untuk
menghitung lebat strip di gunakan rumus : L= 33- 2 (S- 10), dimana: L merupakan
lebar strip (m) dan S adalah kemiringan lereng (%).
v Multiple
Cropping
Multiple
Cropping merupakan penanaman ganda, dengan system bercocok tanam dengan
menggunakan beberapa jenis tanaman yang ditanam secara bersamaan, disisipkan
atau digilirkan pada sebidang lahan. Manfaat dari system multiple cropping
adalah: (1) tanah selalu tertutup vegetasi, sehingga memberikan perlindungan
pada tanah terhadap pukulan butiran hujan, (2) bisa diterapkan minimum tillage,
(3) dapat menekan populasi hama dan penyakit serta populasi tumbuhan
pengganggu, (4) dapat mengurangi pengangguran musiman, dan (5) intensitas
penggunaan lahan semakin tinggi.
Intercropping
atau tumpang sari adalah system bercocok ranam dengan menggunakan dua atau
lebih jenis tanaman yang di tanam sevara serentak atau bersamaan pada sebidang
lahan. Sequental Cropping atau
penanaman beruntun adalah system bercocok tanam dengan menggunakan dua atau
lebih pada sebidang lahan, dimana tanaman kedua atau berikutnya ditanama secara
bersamaan dengan permanenan tanaman pertama. Tujuan dari system ini adalah
untuk mempertinggi intesitas penggunaan tanah dalam satu tahun.
Relay
Cropping atau tumpang gilir adalah system bercocok tanam dengan menggunakan
dua atau lebih jenis tanaman pada sebidang lahan, dimana tanaman kedua atau
berikutnya ditanam setelah tanaman pertama berbunga. Alley Cropping adalah system bercocok tanam dengan menggunakan dua
atau lebih jenis tanaman pada sebidang tanah, dimana salah satu jenis tanaman
yang ditanam adalah legume non pangan.
v Mulsa
Mulsa
dapat dibedakan atas dua, yaitu mulsa organic dan mulsa anorganik. Mulsa
organic merupakan sisa- sisa vegetasi yang disebat dipermukaan tanah, sedangkan
mulsa anorganik merupakan mulsa dari bahan sintesis. Kegunaan mulsa adalah: (1)
melindungi agregat tanah dari daya rusak butir hujan, (2) mengurangi kecepatan
dan volume aliran permukaan, (3) meningkatkan agregasi dan porositas tanah, (4)
meningkatkan kandungan tanah bahan organic, (5) memelihara temperatur dan
kelelmbaban tanah, dan (6) dapat mengendalikan pertumbuhan tanaman pengganggu.
v Reboisasi
Merupakan
memulihkan dan menghutankan kembali tanah hutan, sehingga kebutuhan akan hutan
dan fungsi hutan dapat dipenuhi, baik untuk keperluan produksi ataupun untuk
pengaturan tata air serta perlindunga alam, sosial, dan budaya. Sasaran
reboisasi adalah lahan kritis, yakni lahan yang karena tidak sesuainya
penggunaan dengan kemampuan tanahnya,
telah mengalami degradasi fisik, kimia, dan biologi tanah. Syarat- syarat jenis
tanaman yang digunakan untuk reboisasi adalah: (1) mempunyai perakaran yang
dalam, (2) mempunyai pertumbuan yang cepat, (3) untuk daerah- daerah dengan
curah hujan tinggi dipilih jenis- jenis tanaman yang mempunyai sifat
evapotrasnpirasi besar, dan sebaliknya, (4) di usahakan jenis- jenis tanaman yang mempunyai prospek
ekonomis, dan (5) jenis tanaman yang dapat meningkatkan kesuburan tanah.
B.
Strategi konservasi secara mekanis
Konservasi tanah secara mekanis bertujuan untuk
memperkecil aliran permukaan (run off)
sehingga menjadi aliran tidak merusak dan menampung serta menyalurkan run off
pada bangunan tertentu yang telah ditetapkan.
Ø Pengolahan tanah
Disamping untuk
menggemburkan tanah, pengolahan tanah juga dimaksudkan untuk membalik tanah
agar sisa-sisa tanaman terbenam sehingga tidak menimbulkan kompetisi terhadap
tanaman yang dibudidayakan, namun dapat bermanfaat sebagai pupuk.
Bila ditinjau
dari sifat fisika tanah, pengolahan tanah bertujuan untuk mengurangi kekuatan
tanah serta untuk mendapatkan struktur tata aerasi yang baik. Selain itu,
akibat pengolahan tanah akan memepercepat mineralisasi bahan organik sehingga
kemantapan agregat akan menurun. Sistem pengolahan tanah yang baik dalam
menjaga kelestarian lahan secara maksimal, yaitu: (1) minimum tillage, yaitu
pengolahan tanah minimum (2) pengolahan tanah dilakuan pada saat kandungan air
yang tepat (3) pengolahan tanah yang sejajar dengan garis kontur (4) pengolahan
tanah hendanya diikuti dengan pemberian mulsa.
Ø Level terrace
Level terrace
merupakan teras datar yang dibuat pada lahan yang mempunyai kemiringan <3%
dengan tujuan unutk menahan run off dan mempercepat infiltrasi. Teras dibuat
menurut kontur, terutama pada tanah –tanah yang mempunyai permeabilitas cukup
besar sehingga tidak terjadi penggenanganatau luapan air melalui guludan.
Ø Ridge terrace
Ridge terrace
merupakan teras kredit yang dibuat pada lahan-lahan yang mempunyai kemiringan
3-10%, dengan tujuan untuk memprtahankan kesuburan tanah.
Ø Contour terraca
Contour terrace
merupakan teras pematang yang dibuat pada lahan-lahan yang mempunyai kemiringan
10-30% dengan tujuan untuk mencegah hilangnya lapisan tanah.
Ø Bench terrace
Bench terrace
merupakan teras bangku yang dibuat pada lahan-lahan yang mempunyai kemiringan
>30% dengan tujuan untuk mencegah lapisan tanah hilang karena erosi.
Ø Saluran pembuangan air dan bendungan pengendali
Saluran
pembuangan berfungsi untuk menghindari agar run off tidak terkumpul dan tidak
merusak tanah. Saluran pembuangan air ini dibangun searah dengan lereng. Betuk
penampang melintang saluran ini biasanya segitiga, trapesium atau parabolic.
Bendunagn
pengendali (check dam) merupakan waduk kecil dengan kontruksi khusus yang
dibuat di derah berbukit dengan kemiringan lapangan dibawah 30%. Bangunan ini
bertujuan untuk menampung run off dan sedimen hasil erosi, dan meningkatkan
infiltrasi. Manfaat dari bendungan pengendali, yaitu: (1) dapat menyediakan air
selama musim kemarau, (2) dapat memperluas areal sawah dengan cara meningkatkan
fungsi saluran irigasi, (3) sebagai sarana perikanan, (4) dapat meningkatkan
nilai estetika daerah yang bersangkutan.
C.
Strategi konservasi secara kimia
Strategi
konservasi secara kimia lebih diarahkan pada peningkatan kemantapan agregat dan
ruang pori tanah dengan memakai soil conditioner, yaitu preparat-preparat kimia
untuk membentuk struktur tanah yang mantap dan tahan terhadap erosi.
Sifat-sifat soil coditioner, yakni (1) harus mempunyai sifat yang adhesif serta
dapat bercampur dengan tanah secara merata, (2) dapat merubah sifat hidrophobik
atau hidrophilik tanah sehingga dapat merubah kurva penahan air tanah, (3)
dapat meningkatkan KTK tanah sehingga akan mempengaruhi kemampuan tanah dalam
menahan unsur hara, (4) tidak bersifat racun dan tahan dalam jangka waktu yang
lama.
Pemakaian
soil conditioner ke dalam tanah dapat dilakuakan dengan tiga cara, yaitu:
1. Pemakaian di permukaan tanah, yaitu disemprotkan langsung
ke permukaan tanah dengan alat sprayer
2. Pemakain secara dicampur, yaitu disemprotkan ke permukaan
tanah dan dilakukan pecampuran dengan cangkul
3. Pemakaian setempat, yaitu dilakuakan pada lubang-lubang
yang telah dipersiapkan untuk ditanami
Tidak ada komentar:
Posting Komentar